Senin, 13 Juli 2009

Bahasa...Bahasa...

Ketika kita memperbincangkan bahasa atau istilahnya linguistik, maka kita (atau saya) akan menjadi bingung.
Kenapa? Karena bahasa (nasional/daerah) itu ada jutaaaan(bacanya smbl niru Fitri Tropica ya..hehe).Antara satu bahasa dengan bahsaa lain ada perbedaan, ada pula kesamaan. Karena bingung, kita (atau saya) maka mempelajari bahasa punya daya tarik tersendiri. Sama seperti kta coba memecahkan soal matematika, mencoba menemukan rumus sampai ketemu klimaksnya, dan kita berteriak aaaahhhh...eureka kata si Archimedes.
Belajar bahasa asing (bukan bahasa ibu) bagi orang orang Indonesia pada tahun 2000an menjadi hal yang sangat wahhhhhh...dengan adanya dengungan pasar bebas, dimana orang bebas bertransaksi, bebas membeli, bebas menelanjangi sesamanya, maka bahasa Inggris menjadi satu bahasa asing yang wahhhh itu. Orang orang ingin menyelami wacana pragmatis Amerika. Uang adalah segalanya. Kompetisi memerlukan bahasa. Bahasa adalah penentu kemakmuran seseorang. Seorang penjual angkringan langganan saya pernah berkata "wah, nek iso boso inggris, mesti duite akeh, iso ngoming karo londo, kan londo duite dollar kabeh."(Artinya?golek dewe...hehe)
Tempat kursus menjamur bak panu di kulit Toni(pisss Ton..hehe), lembaga bahasa didirikan dengan masing masing slogannya, mencoba memberi makna pada huruf yang terangkai. Masyarakat Indonesia yang budiman da (mudah-mudahan) beriman, mempelajari bahasa saat ini bukanlah sekedar untuk mencari segenggam dollar. Mempelajari bahasa akan menjadi nikmat ketika dihubungkan dengan budaya, bukan dengan uang semata.
Nah, sekarang saya bingung mau nulis apa..hahaha
Yowes, yang penting, bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi pencari harta, namun bahasa juga menjadi alat komunikasi penghubung manusia, antar satu budaya dengan budaya lain yang berlainan,oleh sebab itu, maka belajarla bahasa, belajarlah tentang manusia...Kita masih manusia kan?