Selasa, 04 Mei 2010

Fiksi Mini

Baru-baru ini, saya tertarik dengan kehadiran sebuah gaya kepenulisan yang diberi titel fiksi mini. Gaya ini merupakan hal yang baru bagi saya. Ketertarikan saya timbul setelah membaca karya Agus Noor, seorang penulis asal Yogyakarta. Tulisan yang dimuat di salah satu media cetak nasional itu diberi judul Penjaga Kamar Mayat dan Sejumlah Fiksi Mini Lainnya. Karya sastra yang sangat ringkas akan tetapi sangat hebat dalam menggugah daya imaji untuk menghasilkan sebuah interpretasi. Karya Agus Noor tersebut membuka cakrawala baru bagi saya. Setelah hanya dijejali karya sastra berupa puisi, prosa, drama, dan novel, kehadiran fiksi mini seakan mendobrak banalitas karya sastra di kepala saya. Fiksi mini merupakan tulisan ringkas sarat makna yang hanya terdiri dari sekitar 50-100 karakter (beberapa bisa mencapai 500 karakter). Semakin sedikit kata yang ditorehkan, semakin berhasil penciptaan fiksi mini. Meskipun demikian, nilai kekuatan sebuah karya fiksi mini tidak hanya ditentukan oleh banyak sedikit kata yang dipergunakan. Proses penghimpunan exposition, rising action, dan climax ke dalam satu kesatuan yang terbatas namun berkualitas mempunyai peran penting dalam proses penilaian kekuatan sebuah fiksi mini. Fiksi mini yang kuat harus mampu menghadirkan imaji yang kuat sehingga interpretasi yang liar penuh rasa penasaran mampu timbul di benak para pembaca. Pembaca akan merasa dihantam palu godam setelah selesai menyantap sebuah fiksi mini. Berbeda dengan novel atau prosa yang lebih bertele-tele dalam proses narasi, fiksi mini harus bisa langsung menohok para pembacanya lewat satu atau dua kalimat. Berbeda pula dengan puisi, fiksi mini mempunyai pencitraan narasi yang memungkinkan para pembaca merasa sedang membaca sebuah cerita, bukan kalimat sepotong demi sepotong yang terdapat di setiap bait puisi.

Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, fiksi mini dikenal dengan nama Postcard Fiction, Short Short Story, Flash Fiction, dan Sudden Fiction. Ernest Hemmingway, seorang penulis kenamaan Amerika yang tersohor lewat karyanya yang berjudul The Old Man and the Sea secara tidak langsung turut berpartisipasi di sejarah kepenulisan fiksi mini. Dia mampu menciptakan sebuah novel yang hanya terdiri dari 6 kata setelah ditantang oleh seorang teman. Kata-kata itu berbunyi: For sale: baby shoes, never worn. Karya Hemmingway tersebut bisa dikategorikan sebagai fiksi mini. Jauh sebelum Hemmingway, Aesop (620-564 SM) lewat fabel-fabelnya juga mengemukakan karya yang bisa dimasukkan ke genre fiksi mini. Karya Aesop yang terkenal adalah The Wolf and the Sheep. Selain Hemmingway dan Aesop, sastrawan-sastrawan kelas dunia lainnya yang juga turut mencipta fiksi mini antara lain adalah sastrawan Rusia bernama Anton Chekov dan Franz Kafka, sastrawan Ceko yang menggunakan bahasa Jerman dalam karyanya.

Kepenulisan fiksi mini ini juga bisa dipantau di dunia digital internet. Status-status yang dibuat di Facebook dan Twitter, situs-situs jejaring sosial yang perkembangannya sungguh luar biasa belakangan ini, ada beberapa yang berbau fiksi mini. Status yang biasanya hanya berjumlah beberapa kata namun mampu membangkitkan makna yang dalam bisa dikategorikan sebagai fiksi mini. Ambil contoh, sebuah status yang ditulis seorang kawan di Facebook yang berbunyi : “Jogja aku datang.....tapi...masih merasa belum lengkap.....masi setengah ni....masi menunggu....” Interpretasi saya: penulis merasa senang karena dia akan segera ke kota Yogyakarta, namun dia juga merasa sedih karena dia merasa “belum lengkap”. Dengan dipergunakannya kata “tapi” yang berarti “penghubung antarkalimat atau antarparagraf untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras”, hal ini berarti ada hal lain yang mengikuti premis pertama yang menjadi syarat terjadinya premis tersebut. “Belum lengkap” mungkin berarti si penulis menunggu orang lain yang akan menemaninya pergi ke kota Yogyakarta. Atau mungkin juga si penulis sedang berada di tengah perjalanan, belum sampai ke kota Yogyakarta sehingga senang yang dirasa juga hanya setengah. Di situs jejaring Twitter, bahkan sudah ada sebuah akun yang mengkhususkan diri sebagai sarana ber-tweet ria seputar fiksi mini. Tweet yang ditulis semua berupa fiksi mini.

Kehadiran fiksi mini ini juga bisa menjadi sarana pelampiasan nafsu menulis bagi para peminat dunia sastra (bukan penulis) yang merasa belum mampu menuangkan ide ke dalam sebuah bentuk karya sastra berupa novel atau prosa yang memang menuntut jumlah kata yang banyak. Ketidakmampuan ini bisa berupa hambatan waktu dan tempat karena kesibukan seseorang dengan pekerjaan utamanya, atau mungkin memang belum bisa mengekspresikan ide di kepala ke dalam sebuah karya nyata. Sulit saya menemukan ulasan mengenai fiksi mini di dunia maya. Ada sebuah portal milik seorang warga negara Amerika Serikat yang sengaja didedikasikan bagi para penulis fiksi mini di seluruh dunia, namun portal itu masih dalam tahap pengembangan. Walaupun fiksi mini belum bisa menemukan wadahnya secara nyata, para peminat masih bisa menyalurkannya lewat dunia maya. Blog menjadi jawaban bagi masalah ini. Koran dan majalah sebagai media utama penyalur karya sastra dirasa terlalu luas bagi fiksi mini. Agus Noor menyiasati hal ini dengan membuat sebuah kompilasi fiksi mini. Hal ini menjadi strategi untuk publikasi menurutnya.

Berikut saya kutip sebuah fiksi mini karya Agus Noor yang dimuat di salah satu media cetak nasional:
Adam berbisik ke telinga Iblis yang kesepian. Iblis pun segera menyaru. Sesuatu yang mengerikan terjadi setelah itu….

Pengetahuan yang kita miliki bisa menjadi sesuatu yang membuat orang lain merasa ngeri. Baiklah kita membuat mereka ngeri karena kita memberikan sesuatu yang positif agar mereka terhenyak sehingga memberikan pengakuan atas kengerian yang mereka alami itu adalah akibat kontribusi positif kita. Lewat tulisan, kita bisa membuat bulu roma mereka yang membaca menjadi tegak berdiri. Tak harus diterbitkan oleh penerbit kawakan untuk menjadi seorang sastrawan. Bercinta dengan tulisan yang kita buat akan memberi kenikmatan tak terbagi. Luangkan waktu sejenak dan biarkan angan-angan menari mengikuti irama hati, berikan nafas pada imajinasi. Mari berfiksi mini.