Minggu, 16 Mei 2010

Kecewa

Di suatu sore yang teduh, Amir sedang menyiapkan teh untuk diseduh. Gula diterjunkan untuk menemani daun teh yang beraroma wangi melati. Air panas menyusul, bersatu dengan kedua kameradnya.
"Sudah siap," bisik Amir sambil menyerahkan segelas teh panas kepada Kakeknya.
"Dimana?" tanya Kakek.
"Di kamar sudah saya siapkan," jawab Amir.
"Yakin, Kek?" tanya Amir.
"Daripada saya melihat kenyataan ini, lebih baik saya meniru orang-orang Jepang. Saya sudah gagal. Cita-cita bangsa tak mungkin terwujud selama mereka masih bertingkah seperti itu," kata Kakek sambil berjalan tertatih - tatih masuk ke kamar. Bambu runcing dan bantal bersarung batik sudah berada di atas kasur tua tempat beliau dulu beristirahat setelah berjuang melawan penjajah laknat.