Senin, 29 Maret 2010

Buta


Memejamkan mata untuk memulai hari yang baru sungguh nyaman dirasa. Kedua kornea tak sanggup menjalankan mantra untuk membentuk visual citra untuk kemudian dimasukkan ke dalam kepala. Dunia ini sudah penuh. Penuh dengan manusia. Penuh dengan dogma. Penuh dengan perkara. Muak sudah mata ini memandang kebijakan yang terlihat jauh dari bijak. Lelah sudah otak ini bekerja mencari penyelesaian masalah yang kian lama kian tampak kusut seperti rambut yang sudah seminggu tak bercengkerama dengan cairan pencuci. Dunia sudah tak mencipratkan lagi percikan kasih sayangnya. Bahkan burung pipit yang kecilpun sudah tak dikasihi lagi. Sarangnya hancur, terkena radiasi paradigma moral pabrik negeri. Pabriknya besar. Jendela terbuka lebar, tempat keluar masuk manusia, tanaman, dan hewan. Tak ada pintu di situ. Yang ada hanya jendela. Dua manusia ditemani satu hewan dan tiga tanaman tampak berjaga di depan jendela. Manusia-manusia itu tampak membawa tongkat bertuliskan garrett. Mereka bukan mendeteksi bom. Mereka mendeteksi alat penukar. Boleh masuk kalau ada alat penukar. Tak punya, ya di luar saja. Dunia sedang mencari makna. Pasar dan alat penukar menjadi tanda pemakna. Hati dan telinga ikut buta mengikuti senior mereka sang mata. Memejamkan mata untuk memulai hari sungguh nyaman dirasa.