Minggu, 28 Maret 2010

Freethinker dan Agama


Freethinker, sebuah kosakata baru yang tersangkut di kepala saya. Setelah sekian lama terperangkap dalam dogma Ateisme, Komunisme, Agnostisisme, dan Sekulerisme, Freethinker menjadi bahan kajian baru bagi saya.
Saya coba telaah di Wikipedia yang berkata bahwa, "Freethought is a philosophical viewpoint that holds that opinions should be formed on the basis of science, logic, and reason, and should not be influenced by authority, tradition, or any other dogma.[1] The cognitive application of freethought is known as freethinking, and practitioners of freethought are known as freethinkers."

Freethinker
berkutat dengan sains, logika, dan rasionalitas manusia. Semua pandangan, pendapat, argumen harus punya ketiga dasar itu. Paksaan dogma dari pihak lain tanpa didasari logika yang kuat dan berdasarkan fakta adalah omong kosong belaka. Meskipun berhubungan erat dengan Ateisme dan mungkin Agnostisisme, Freethinker tidak berasal dari satu rumah yang sama dengan penganut Ateisme dan tentu saja Agnostisime. Satu hal yang kerap dijadikan bahan diskusi adalah tentang keberadaan Tuhan sebagai sang Mahakuasa pencipta manusia. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Fenomena keTuhanan ini telah menjadi subyek perdebatan para ahli dan yang bukan ahli, terutama filsuf, ilmuwan, dan pemuka agama.
Agama atau kepercayaan sebagai produk manusia yang diciptakan untuk menjadi ajang perantara dengan Tuhan juga menjadi sumber perdebatan yang tak kunjung habis. Tuhan dan agama yang hanya didasari pada suatu keyakinan semata membuatnya tidak masuk hitungan bagi para Freethinker. Menurut saya, bermacam-macam agama di dunia ini tak lebih dari sebuah konsep ciptaan manusia yang ketinggalan jaman.
Agama hanya menjadi bahan terciptanya kekerasan dan peperangan. Perang dan pembunuhan atas nama agama adalah hal yang konyol bagi saya. Saya mengenal banyak orang yang diberi label ateis dan agnostik namun mereka lebih humanis daripada mereka yang menjual diri pada agama dan mengamankan tiket menuju surga dengan cara membabi buta.
Freethinker
menolak dogma agama. Dan saya begitu takjub, betapa agama bisa menjadi sumber malapetaka karena sebenarnya agama adalah penuntun menuju kedamaian. Menurut dogma yang terpaksa saya cerna.

Gambar:
zazzle.com